Pada tanggal 9 Mei 2025, Rusia kembali menggelar Parade Hari Kemenangan di Lapangan Merah, Moskow.
Tradisi yang Tetap Dijaga
Hari Kemenangan merupakan salah satu hari paling sakral dalam kalender nasional Rusia. Sejak pertama kali digelar pada 1945, parade ini telah menjadi simbol kemenangan, keberanian, dan kekuatan militer Rusia. Dalam beberapa dekade terakhir, parade tersebut tidak hanya menjadi ajang penghormatan kepada veteran perang, tetapi juga unjuk kekuatan militer Rusia yang mencakup kendaraan tempur berat, rudal balistik, hingga pertunjukan udara.
Sejumlah kota besar di Rusia, seperti Belgorod dan Kursk, sebelumnya telah membatalkan acara serupa karena pertimbangan keamanan. Namun, Moskow tetap menjadi panggung utama dengan pengamanan berlapis dan pengawasan ketat dari berbagai aparat militer dan intelijen.
Ancaman dari Ukraina
Menjelang parade, otoritas Rusia melaporkan adanya peningkatan serangan drone dan sabotase di wilayah barat Rusia yang berbatasan langsung dengan Ukraina. Pihak Ukraina sendiri belum mengonfirmasi keterlibatannya dalam semua serangan tersebut, namun sejumlah pejabat Kyiv menyatakan bahwa Rusia harus “siap menghadapi konsekuensi dari invasi yang terus berlanjut.”
Ukraina menyebut parade militer tersebut sebagai provokasi dan simbol imperialisme Rusia, terutama ketika Rusia masih mengerahkan pasukan di wilayah Ukraina yang diduduki. Beberapa pihak bahkan menyebut bahwa Ukraina mungkin memanfaatkan momen ini untuk menunjukkan bahwa Moskow pun tidak kebal dari ancaman di tengah perang.
Pengamanan Super Ketat
Untuk menjamin keamanan acara, otoritas Rusia menutup akses ke berbagai area sekitar Lapangan Merah sejak beberapa hari sebelumnya.
Makna Simbolik di Tengah Perang
Keputusan untuk tetap menggelar parade bukan TRISULA 88 hanya soal mempertahankan tradisi, melainkan juga bagian dari pesan politik. Bagi pemerintahan Putin, Parade Hari Kemenangan adalah simbol bahwa Rusia tetap kuat, stabil, dan bersatu meskipun berada dalam tekanan internasional dan situasi perang.
Reaksi Internasional
Uni Eropa dan Amerika Serikat telah mengecam penggunaan Hari Kemenangan untuk kepentingan propaganda militer.
Namun demikian, di dalam negeri Rusia, banyak warga masih memandang parade ini sebagai kebanggaan nasional. Veteran perang, generasi tua, hingga anak-anak sekolah berpartisipasi dalam peringatan tersebut dengan mengenakan simbol-simbol patriotik seperti pita Saint George dan membawa potret kerabat mereka yang gugur dalam perang.
Kesimpulan
Keputusan untuk tetap melaksanakannya menunjukkan bagaimana pemerintah Rusia berupaya mempertahankan simbol-simbol nasionalisme di tengah kondisi yang tidak menentu. Bagi sebagian kalangan, parade ini adalah bentuk keteguhan. Namun bagi pihak lain, ini adalah cermin dari keengganan Rusia untuk mengakhiri konflik yang telah memakan banyak korban jiwa dan mengubah tatanan politik Eropa Timur.